Rabu, 11 Januari 2012

Aku selalu suka hujan. Seperti aku suka kedatanganmu di hidupku.
Datangmu seperti hujan yang menenangkan di sore hari. Setitik demi setitik, perlahan mulai menguarkan bau alam yang wangi, kemudian menjadi tetesan gerimis yang sendu, dan pada akhirnya menjadi hujan deras yang nyaman bagi aku yang duduk menyeruput teh hangat di balik jendela. 

Aku selalu suka hujan. Seperti aku suka kedatanganmu di hidupku. 
Perlahan dan membuatku nyaman sambil sedikit tersendu. Meski tak sedikitpun aku menyebut "cinta" karena aku tak paham apa arti cinta seperti aku tak paham kemana hubungan kita akan tertuju. Aku hanya suka menyebut nyaman dan sayang. Dan percayalah itu tulus.

Aku selalu suka hujan. Seperti aku suka kedatanganmu di hidupku.
Tapi aku lupa. Hujan selalu datang bersama mendung, dan pelangi tak selalu hadir setelah mendung berakhir. Aku lupa kalau kedatanganmu tak hanya membawa bahagia. 

Aku selalu suka hujan. Seperti aku suka kedatanganmu di hidupku.
Meski yang kamu berikan di kotak itu hanyalah abu-abu. Tapi kamu sempat memudarkan abu-abu itu hingga aku hampir sangat percaya kalau pada akhirnya segalanya akan menjadi putih, putih yang indah, putih yang tentram.

Aku selalu suka hujan. Seperti aku suka kedatanganmu di hidupku.
Masih lekat dan jelas caramu memainkan tangan dan rambutku. Canggung bercampur percaya diri. Mengucap sayang dan mengecup. Masih lekat dan jelas caramu memeluk dan mengucap "I love you more than anything". Di sore Jumat itu. Sore pertama kita. Sebagai kekasih. Begitu nyaman saat itu, sama nyamannya seperti aku mengamati gerimis di sore hari.

Aku selalu suka hujan. Seperti aku suka kedatanganmu di hidupku.
Kamu buat aku merasa cantik. Kamu ingat detail kecil dariku. Kamu buat aku merasa bahagia. Ya, bahagia. Amat bahagia kalau aku tidak salah mengingat. Aku merasa nyaman. Senyaman menikmati derasnya hujan di balik jendela kaca. Perhatian dan kasihmu tercurah deras padaku. Kamu bilang sayang. Kamu bilang memilihku. Kamu berjanji membahagiakanku. Kamu begitu manis. Ah. Aku suka hujan. Aku suka kamu.

Aku selalu suka hujan. Seperti aku suka kedatanganmu di hidupku.
Tidak lama. Atau bisa dibilang benar-benar singkat. Hingga derasnya sayangmu mulai mereda. Mulai menyisakan keabu-abuan yang begitu abu-abu. Mendung yang begitu mendung. Ternyata, bukan aku mataharimu. Ternyata, mataharimu adalah sesosok yang lain. Yang lebih dulu hadir dan menyinarimu. Aku mungkin hanya bulan, yang memantulkan cahaya matahari, yang hanya bisa dilihat ketika gelap, yang bersinar namun pucat dan sendu. Aku bukan dia. Aku bukan the one yang kamu cinta.

Aku selalu suka hujan. Seperti aku suka kedatanganmu di hidupku.
Aku tidak menemukan pelangi setelah hujan pergi. Aku tidak menemukan bahagia setelah kamu pergi. Tapi langitku masih biru, awanku masih berarak putih. Aku masih berdiri.

Aku selalu suka hujan. Seperti aku suka kedatanganmu di hidupku.
Aku menyayangimu. Dan kini, aku tahu aku mencintaimu. Bukan lagi hanya nyaman dan sayang. Hanya perlu melihatmu bahagia bersamanya, melihatmu pergi tanpa sedikitpun kata maaf bahkan selamat tinggal, melihatmu membuang semua kata manismu, membuatku menyadari. Aku. Cinta. Kamu.

Aku selalu suka hujan. Seperti aku suka kedatanganmu di hidupku. Percayalah.